Terima Kasih Ahok!
Dunia beruntung banget bisa kenal sosok Ahok. Jujur, keras, dan sayang orang kecil. Dunia berhutang budi pada Basuki Tjahaja Purnama karena telah menghidupi sosok Ahok. Saya sering banget nanya ke diri sendiri kenapa Ahok bisa sedemikian istimewanya. Saya nemu tiga hal, dua diantaranya : 1) Ahok punya kepekaan sosial yang kuat banget dari kecil ; dan 2) Ahok emang tumbuh di keluarga dengan value kuat banget. Pantes aja. Kalau gitu, dunia juga berhutang budi sama sosok Kin Nam, ayah Ahok, yang ga bosen memupuk 'keahokan' Ahok.
Sering banget Kin Nam ngasih obat cuma-cuma untuk orang miskin yang sakit. Kadang agak terlalu banyak malah. Kin Nam punya tambang timah. Salah satu prinsip Kin Nam adalah karyawan pulang bawa hasil untuk keluarga. Dia tahu banget kalo orang kecil itu hidupnya dari-hari-ke-hari. Besok mau makan apa ya dipikir besok. Bukan males tapi emang karena duitnya baru ada besok.
Ahok kecil juga sama aja. Pernah dia nekad diem-diem wira-wiri malam hari minjam uang untuk tetangganya yang mau melahirkan. "Ahok lihat dia nangis, jadi Ahok cari pinjaman uang," katanya. Wajah Kin Nam bangga. "Anak guweeeee....," mungkin begitu batinnya.
Semua orang tua pasti ngajarin value dan pengetahuan yang dianggap baik. Itu sudah pasti wong namanya juga orang tua. Ahok diajak ngelayat keluarga mantan karyawan yang pernah dia pecat, diajak untuk tetap mencintai negeri meskipun sering didiskriminasi, diberitahu bahwa orang miskin kalah oleh orang kaya dan orang kaya kalah oleh orang kuasa, dan banyak hal lainnya. Kin Nam bilang : untuk anak, ngasih harta sebanyak apapun pasti akan habis ; ngasih ilmu sesedikit apapun akan bertahan selamanya.
Meskipun semua orang tua pasti begitu, kayaknya cuma segelintir anak yang tumbuh gede dengan terus mengingat value itu dan berpikir keras nyari cara untuk mewujudkannya. Kayaknya lebih banyak anak yang tumbuh gede lalu pelan-pelan semua value tadi memudar dengan alasan : "Ah itu udah kuno!", "Mending gw mikir buat cari duit deh, idup sendiri aja udah susah!" atau "Dunia emang gitu mau diapain lagi?" Nah, untuk satu alasan yang terakhir ini rasanya sembilan dari sepuluh orang Indonesia bersikap gitu (yang satu lagi ya Ahok itu).
"Udah susah, Hok. Emang biasanya gitu. Susah buat dibenerin."
"Aku akan masuk politik!"
Ahok itu pemikir keras. Kepalanya muter terus bikin perencanaan berbasis perhitungan detil. Dalam hal ini Prasetiya Mulya boleh berbangga hati. Dan satu lagi, dia itu nekad dan berani beda. Gilak banget! Saat orang lain mikir bahwa Cina Kristen itu ga mungkin jadi pejabat, Ahok justru mikir dia HARUS jadi Bupati supaya bisa nolong orang. Ahok itu ibarat setitik cat merah di dinding besar keputusasaan yang semuanya warna abu-abu. Beda, menonjol, dan kuat sekali. Emang bener kata orang : cuma orang gila yang bisa mengubah dunia.
Ahok bukan Tuhan. Dia juga bukan orang suci atau dewa. Yang menjadikan Ahok istimewa selain isi hatinya adalah bahwa dia melakukan hal kecil dengan hati besar. Namun bukankah memang seperti itu ciri orang besar ; melakukan segenap hal sepele sepenuh hati dan pikiran.
Belum lama ini, waktu saya lagi kumat dan galau, seorang teman bilang : Nug, kamu curhat aja sama mas mu, dia kayaknya emang terlahir untuk jadi tempat sampah deh... Saya tersedak soalnya baru minum es kopi pas baca itu. Ucapan candaan itu bagi saya mengandung makna mendalam. Bukankah itu karakteristik khas pemimpin besar ; hadir sepenuh hati menjadi 'tempat sampah'. Berbeda dengan orang yang memaksakan diri menjadi pemimpin namun (mungkin tanpa sadar) menolak menjadi tempat sampah dan malah menjadi pembuang sampah (atau mungkin malah menjadi 'sampah' nya itu sendiri) Ahok selalu menyediakan diri menjadi 'tempat sampah'. Semua orang kesulitan dan butuh 'membuang sampah' datang padanya. Tidak heran Ahok dicintai orang banyak.
Tahun 2017 saya pernah nonton Ahok di salah talkshow, dia berpesan untuk generasi muda : sekaya apapun seorang pengusaha, duit untuk nolong orang lain sangat terbatas, maka anak muda harus jadi pejabat supaya bisa nolong orang lain karena duit negara banyak dan ga abis-abis. Coba bayangin, seorang Cina Kristen yang kenyang jadi korban diskriminasi mikir kayak gitu.
Film A Man Called Ahok tayang di momen yang pas banget. Sekarang mulai banyak generasi muda yang gatel ngeliat kondisi sekitarnya dan berbuat sesuatu. Sering banget saya baca anak muda memimpin gerakan perubahan seperti : pengobatan yang dibayar dengan sampah plastik, les musik gratis bahkan dengan dipinjami alat musik, aplikasi untuk menggalang dan mendonasikan dana, hingga sekolah untuk anak jalanan yang bahkan sanggup mencarikan beasiswa hingga kuliah.
Masih ada banyak sekali anak muda berotak cemerlang dan fisik kuat yang pengen berbuat sesuatu tapi takut atau bingung mulai dari mana. Mereka ibarat lilin-lilin kecil yang belum menyala terang. Film A Man Called Ahok ibarat obor yang dinyalakan di tengah ladang lilin. Saya yakin tayangnya film ini akan diikuti dengan menyalanya miliaran lilin kecil yang pada akhirnya akan menjadi ledakan besar.
Saya kok optimis Indonesia berangsur membaik ya.. Saya optimis Indonesia akan semakin manusiawi. Ahok sudah membuka jalan. Sekarang giliran kita.
*tulisan sederhana ini saya dedikasikan untuk Pancasona Adji ; kakak dan sahabat saya yang berulang tahun pada Hari Pahlawan : Happy belated birthday, mas Mbong!
*tulisan sederhana ini saya dedikasikan untuk Pancasona Adji ; kakak dan sahabat saya yang berulang tahun pada Hari Pahlawan : Happy belated birthday, mas Mbong!
makasih mbak...tulisannya bikin tambah, tambah...tambah..dan tambah 'cinta' aku kepada Pak Ahok. Sudah nonton film nya..begitu baca ini..jadi baper lagi, nangis lagi, kangen lagi dengan beliau. APalagi pas denger suara beliau..ya ampun..ini airmata gak berhenti membanjiri muka aku..
ReplyDeleteterima kasih atas apresiasinya.. saya juga sedih dan kecewa sekali saat tahu Ahok dipenjara.. saya jg nangis di bioskop nonton AMCA.. tp yg bikin saya lbh tersentuh adalah melihat banyak foto Ahok akrab dgn orang miskin dan anak2..
DeleteMerinding euy bacanya. Sehat terus Pak Ahok, dan buat tulisannya bagus sekali!
ReplyDeleteterima kasih atas apresiasinya.. semoga tulisan ini bisa bermanfaat.. saya beberapa kali tersentuh haru saat menonton AMCA dan sejak dulu saya selalu salut pada pribadi Ahok yg keras dan bersih.. saya ingin sekali jadi seperti Ahok, bermanfaat utk banyak orang..
Delete