Meja Makan

Aku sebuah meja makan. Lonjong bentukku. Warnaku hitam. Aku ada di ruang tengah sebuah rumah sederhana. Meskipun usiaku tua, lebih dari 35 tahun, kualitas kayuku tetap kuat. He, jangan salah, kayu jati. Bentukku masih sama seperti kali pertama datang ke rumah ini. Aku punya empat kaki kekar. Dua di pojok kanan, dua di kiri. Kaki-kaki kekarku melengkung ke arah luar. Tidak keliru bila orang bilang aku meja makan yang simpel namun elegan dan kuat. Saat kaki meja kayu lain keropos disengat usia, kakiku kekar sepanjang masa. 

Seperti tadi aku bilang, aku tinggal di rumah sederhana. Tidak besar dan mewah, namun tidak bisa dibilang kecil juga. Awalnya cuma ada dua orang yang tinggal di rumah ini. Seorang laki-laki muda bertubuh saaaangat gemuk dan istrinya yang cantik mungil. Saat ini, setelah 35 tahun berlalu, penghuni rumah ada tujuh orang. Bapak Ibu, beberapa orang muda dan seorang gadis kecil cantik yang sehat dan ceria. Gadis kecil itu selalu menaruh gelas plastik kecil di atasku. Sering aku mendengar suara kecilnya dari ruang sebelah. "Buuuu, hauuuss..." Lalu diikuti suara langkah kecil. Tap-tap-tap. Gadis kecil itu menghampiriku dan mengambil gelas plastik warna merah muda. Ia pegang gelas dengan dua tangan dan diarahkan ke mulutnya. Gluk-gluk-gluk. "Aaahhh..." katanya lega. Kemudian dia taruh lagi gelasnya di atasku dan pergi ke ruang sebelah. Hahaha, senang aku melihat tingkahnya.   

Bapak dan Ibu yang sudah lanjut usianya sering masak di dapur dan menyajikan di atasku. Nasi goreng tidak pakai kecap, lengkap dengan telur dadar, kerupuk udang kemeripik, dan lalapan segar. Bubur manado dengan ikan teri yang asin sekali dan sambal tomat pedas. Semur ayam dengan penyajian elit ala beef steak, lengkap dengan lalapan dan mayonaise. "Makannya pakai garpu dan pisau," kata Bapak. Tahu bakso kuah panas dengan asap mengepul. Wuih...


background photo created by valeria_aksakova - www.freepik.com

Bapak Ibu, orang-orang muda, dan gadis kecil sering duduk mengelilingiku. Mereka makan, bercerita, juga berfoto. Rupanya gadis kecil tidak terlalu suka makan. Orang-orang muda dan Ibu sering sekali membujuknya untuk menghabiskan makanan. "Satu suap lagi yuk.." kata Ibu pada gadis kecil yang menggeleng itu. Orang muda laki-laki sering mengambil makanan dari atasku lalu duduk di lantai bersandar dinding. Kelihatan nikmat sekali makannya, tidak seperti gadis kecil. Bapak sering membaca koran sambil minum kopi. Tapi cuma sebentar. Sepertinya Bapak lebih suka baca koran di ruangan lain. Tak tahu di mana.

Bapak, Ibu, orang-orang muda, dan gadis kecil punya kebiasaan tempat duduknya masing-masing. Bapak dan Ibu selalu duduk bersebelahan memunggungi dinding. Bapak di sebelah kiri dekat pintu menuju dapur. Ibu di sebelahnya, persis di sebelah rak tempat Ibu menyimpan kue-kue dan makanan yang sering diambil oleh gadis kecil. Pernah kudengar Ibu bercerita rak itu tua sekali usianya. Dulu rak itu adalah milik Ibunya Ibu. Gadis kecil duduk persis di seberang Ibu. Ia masih kecil, kakinya menggantung tiap kali duduk. Gadis kecil juga sering menyisir rambut hitam panjangnya sambil bernyanyi di depan sebuah cermin besar yang duduk satu ruangan denganku. Hihihi...   

Kantong plastik putih kecil selalu ada di samping cangkir kopi dan gelas air putih Bapak. Ada banyak obat di dalamnya. Bapak rutin minum obat beberapa tahun ini. Sepertinya Bapak mengalami sesuatu yang tidak beres dengan kondisi jantungnya. Tidak seperti biasanya, belakangan ini Ibu juga minum obat. Kalau tidak salah Ibu sakit perut. Perutnya sering perih dan mual. Mungkin Ibu makan sesuatu yang terlalu asam atau pedas. 

Suatu malam, Bapak dan satu orang muda laki-laki ngobrol sambil duduk di kanan kiriku. Aku tidak mendengar jelas apa yang mereka obrolkan. Entah kenapa mereka agak berbisik-bisik. Kalau aku perhatikan dari raut wajah mereka, sepertinya topik obrolan mereka serius. Kemudian aku mendengar orang muda laki-laki menggumam setelah Bapak bilang, kalau aku tidak keliru dengar,

"Mati itu niscaya.

Sudah waktunya mulai berpikir bahwa orang yang mati itu pulang..

dan merasa senang." 

(22:01, 30 Januari 2022)

Comments

  1. mengingatkan meja makan dirumah ibuk...dulu selalu rame bukan cuma untuk makan dan bercengkrama tp juga untuk belajar bersama adik2...skrng rame nya kalau hari raya dan long weekend sajaa...membaca ini bikin rindu suasananya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Terima Kasih Ahok!

Perjalanan Ananda dan Kehadiran Sang Idola

Dasar Kamu Enggak Normal!